Rumah Jolopong, Rumah Adat Jawa Barat dengan Bentuk Atap Tergolek Lurus

Rumah adat masyarakat Sunda di Jawa Barat biasanya dibuat dengan konsep seperti rumah panggung dengan ketinggian sekitar 0,5-0,8 atau 1 meter di atas permukaan tanah. Ketinggian kolong rumah pada jaman dahulu bahkan mencapai 1,8 meter karena difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan alat pertanian dan mengikat hewan ternak.
Bentuk rumah dengan konsep seperti rumah panggung ini dilengkapi dengan tangga yang dikenal dengan sebutan golodog. Biasanya tangga rumah adat di Jawa Barat terbuat dari kayu atau bambu dengan jumlah yang tidak lebih dari tiga buah.
Golodog pada rumah adat ini bukan hanya menjadi akses keluar masuk ke dalam rumah tetapi juga berfungsi untuk membersihkan kaki sebelum memasuki rumah. Sementara pada bagian kolong rumah dibuat sedemikian rupa yang difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan kayu bakar dan paranje untuk beternak ayam dan lainnya.
Secara umum, rumah adat di Jawa Barat dibangun dengan ragam makna filosofi di dalamnya. Konsep rumah panggung memiliki makna bahwa manusia berada di tengah-tengah antara langit dan bumi.
Konsep ini juga menjadi lambang pentingnya keseimbangan hidup yang harus senantiasa selaras. Baik hubungan secara vertikal antara manusia dengan Tuhan maupun hubungan secara horizontal, yang merupakan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan.
Rumah bagi masyarakat Sunda di Jawa Barat bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan berlindung dari hujan, terik matahari, angin, dan juga serangan binatang. Rumah juga menjadi simbol adanya sikap menghormati alam sekitar.
Selain itu material kayu dan dinding anyaman bambu pada rumah yang cenderung tipis dan ringkih menunjukkan bahwa masyarakat lebih mementingkan kerukunan dan perdamaian. Sehingga tidak perlu mengkhawatirkan adanya pertikaian dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembagian jenis rumah adat di Jawa Barat dibedakan berdasarkan bentuk atapnya. Salah satunya adalah atap berbentuk suhunan jolopong atau suhunan panjang jolopong yang memiliki makna tergolek lurus.
Rumah dengan bentuk atap suhunan jolopong merupakan rumah adat di Jawa Barat yang sudah cukup tua. Pada rumah adat ini terdapat dua bidang atap yang dipisahkan oleh jalur suhunan yang berada di tengah bangunan.
Batang suhunan pada rumah ini memiliki panjang yang sama dan sejajar dengan kedua sisi bagian bawah bidang atap yang saling bersebelahan. Sedangkan bagian lainnya lebih pendek jika dibandingkan dengan suhunan dan memotong tegak lurus di kedua ujung suhunan.
Berdasarkan fungsinya, rumah jolopong terbagi ke dalam beberapa ruangan, yaitu:
Emper atau tepas yang merupakan ruang depan, fungsinya adalah sebagai tempat untuk menerima tamu. Pada jaman dahulu ruangan ini dibiarkan kosong dan hanya dilengkapi tikar untuk menerima tamu. Namun saat ini emper atau tepas sudah dilengkapi dengan meja dan kursi.
Tengah imah atau patengahan yang merupakan ruangan tengah, fungsinya adalah sebagai tempat untuk berkumpulnya keluarga. Ruangan ini juga difungsikan sebagai tempat untuk melaksanakan selamatan yang biasanya mengundang banyak orang.
Pangkeng yang merupakan kamar berada di ruangan samping. Sejenis dengan pangkeng terdapat jobong yang berfungsi sebagai gudang yang digunakan untuk menyimpan peralatan rumah tangga.
Ruang belakang yang terdiri dari pawon atau dapur yang digunakan untuk memasak dan padaringan yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan beras. Sementara balandongan berfungsi untuk memberikan kesejukan bagi penghuni rumah.
Bentuk rumah adat jolopong ini bisa dijumpai di wilayah Garut, Jawa Barat, tepatnya di Kampung Dukuh.
Sumber : https://nyero.id/